Pulau Tumasik, sekarang negara Singapura, termasuk dalam kitab Negarakertagama zaman Majapahit. Secara historis wilayah ini merupakan bagian dari kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, menjadi bagian dari Malaka bersama dengan Inggris sebelum akhirnya menjadi negara berdaulat.
Tumasik adalah nama dari bahasa Jawa Kuno. Kata ini kurang lebih memiliki arti mengasah laut atau kota di tepi laut. Saat itu, Tumasik termasuk dalam wilayah taklukan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Serangan kerajaan Chola dari India membubarkan Sriwijaya. Pangeran Sang Nila Utama melarikan diri ke Tumasik dan disana menjadi raja kecil bergelar Sri Tri Buana.
Kemudian Tumasik jatuh ke tangan Majapahit pada masa pemerintahan raja kedua, Sri Prikama Wira, yang memerintah dari tahun 1357 hingga 1362. Nama Tumasik disebutkan dalam kitab Negarakertagama sebagai wilayah yang ditaklukkan Majapahit pada zaman Raja Hayam Wuruk dengan Sumpah Palapa Mahapatih Gadjah Mada. Sumpah tersebut diambil pada upacara pengangkatannya sebagai Patih Amangkubhumi dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1258 Saka atau 1336 M. Isi sumpah adalah:
Sira Gajah Mada pathih amungkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: rumput laut huwus hilang ke nusantara isun amukti palapa, rumput laut hilang di gurun ring, ring seran, tañjungpura, haru ring, pahang ring, dompo, bali ring, Sunda, Palembang, Tumasik , samana iksun amukti palapa.”
Isi sumpah adalah; Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak mau berbuka. Hei Gajah Mada: Ketika saya mengalahkan Nusantara, saya akan berbuka. Jika saya mengepung Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saya akan berbuka”).
Mengutip dokumen Lemhannas.go.id, gurun adalah Nusa Penida, Seran Seram, Tanjung Pura adalah kerajaan Tanjungpura, Ketapang, Kalimantan Barat, Haru adalah Sumatera Utara dan mungkin merujuk ke Karo sedangkan Pahang Pamalahang adalah semenanjung. Dompo adalah Dompu suatu daerah di pulau Sumbawa, Bali adalah Bali, Sunda adalah Kerajaan Sunda, Palembang adalah Palembang atau Kerajaan Sriwijaya, terakhir Tumasik adalah Singapura.
Kitab Negarakertagama adalah kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Buku ini kemudian menjadi sumber sejarah yang dapat diandalkan. Naskah ini dibuat di Kawi di Aswina pada tahun Saka 1287 atau dari bulan September sampai Oktober 1365 M. Lengkap. Negarakertagama berarti negara dengan tradisi spiritual. Mpu Prapanca juga menyebut kitab ini sebagai Desawarnana yang artinya menulis tentang wilayah Majapahit.
Penamaan Singapura juga memiliki sejarahnya sendiri. Menurut legenda, Sang Nila berburu Utama di pulau itu. Kemudian dia melihat seekor binatang yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sang Nila Utama menganggap ini pertanda baik. Kemudian dia mendirikan kota tempat binatang itu ditemukan. Sang Nila Utama menyebutnya Singapura, yang berasal dari bahasa Sansekerta ‘simha’ (singa) dan ‘pura’ (kota), yang berarti kota singa.